Wejangan Kh Abdul Fattah Untuk Santri

WEJANGAN KH. ABDUL FATTAH

UNTUK SANTRI

KH. Abdul Fattah Hasyim adalah salah satu dari kiai-kiai yang

betul-betul konsisten dengan Jamiyah Nahdlatul Ulama dhahi-

ran wa bathinan. Kepada santri-santrinya beliau sering berpesan,

lebih-lebih kepada para santri yang sudah menyelesaikan

belajar di Pondok Pesantren Bahrul 'Ulum. Pesan-pesan beliau,

setelah saya rangkum dari beberapa sumber, dengan bahasa

penyampaian yang berbeda-beda, namun intinya sama, kurang lebihnya bisa

diartikan sebagai berikut.

Pertama, Ojo dadi Kiai Direktor. Ojo mung gelem tanda tangan tok, gelem

tompo amplop tok, tapi santrimu iku urukono ngaji. Yen ngaji yoh ojo kitab seng

gede-gede tok, tapi kitab seng cilik-cilik yoh ulangno, ben kabeh santrimu, seng

gede lan seng cilik podo-podo biso tompo ilmu songko awakmu (UJangan jadi kiai

direktur. Hanya mau tanda tangan, mau menerima amplop, tapi ajari santrimu

ngaji. Jangan hanya kitab-kitab besar, kitab kecil pun harus kau ajarkan. Biar

santrimu bisa menerima ilmu darimu, baik yang kecil maupun yang besar).

Kedua, Yen wes tamat songko kene tur isih mampu nerusno belajar, yoh

terusno olehmu belajar sak dukur-dukure. Mbuh iku sekolah maneh, mbuh iku

mondok maneh. Terserah awakmu, seng penting ojo leren-leren olehmu belajar

(Kalau sudah tamat dari sini dan masih bisa meneruskan, maka teruskan

belajar setinggi-tingginya. Entah mau sekolah lagi atau mondok lagi, terserah.

Yang penting jangan pernah berhenti belajar).

Ketiga, Mulango. Tegese ojok sampek nggak mulang blas, senajano mung titik

tetep mulango (Mengajarlah. Jangan sampai tidak sama sekali. Biarpun sedikit,

tetap mengajar).

Keempat, Ndang rabio. Ora usah ngenteni mengko-mengko, yen pancen wes

kebelet.. yoh ndang rabio. Insya Allah barokah uripmu (Menikahlah. Jangan

menunggu nanti. Jika memang sudah kepingin.. menikahlah. Insya Allah

hidupmu akan berkah).

Kelima, Berjuango lewat jamiyyah Nahdlotul Ulama (NU). Ono endi wae

panggonanmu lan kapan wae 0jo sampek nggak berjuang lewat NU. Insya Alloh

uripmu barokah (Berjuanglah lewat NU. Di manapun dan kapanpun, jangan

sampai tidak berjuang lewat NU. Insya Allah hidup mu akan berkah).

Beliau dalam berjuang lewat NU ini betul-betul konsisten dan tidak  mengenal lelah. Ini bisa kita tangkap dari beberapa dokumen foto kegiatan

NU yang berhubungan dengan sosial keagamaan. Ketika NU masih menjadi

partai politik, beliau termasuk juru kampanye yang handal. Sebelum pidato

kampanye mulai, terlebih dahulu beliau memulainya dengan Batuk-batuk "N.

U... N.U... N. .U .."hal ini terjadi sebelum ada PPP.

Beliau termasuk salah satu kiai yang ijtihad politiknya tidak sejalan dengan

mertuanya sendiri, KH. Bisri Syansuri. Namun demikian, perbedaan ijtihad

politik ini tidak sampai terekspos ke masyarakat. Beliau simpan dalam-dalam.

Hanya istri beliau saja yang tahu. Sehingga masyarakat tetap menganggap

beliau sejalan dengan Kiai Bisri Syansuri dan lain-lainya.

Hal ini beliau lakukan semata-mata demi keutuhan NU. Tidak sejalannya

ijtihad politik beliau dengan mertuanya ini, baru saya (KH. Nashir Fattah)

ketahui setelah beliau wafat (tiga atau empat hari menjelang pemilu tahun

1977).

Waktu itu, KH. Bisri Syansuri ndawuhi ibu saya, Ny. Hj. Musyarrofah Fattah,

"Mengko yen waktu nyoblos, awakmu tetep metuho melu nyoblos yo." (Nanti

saat pencoblosan, kamu harus keluar ya, ikut nyoblos... Waktu itu ibu saya

menjawab, "Ngapunten Abah, kulo sampun janjian kaleh Abahe Nafisah mboten

melu nyoblos". (Maaf Bah, saya sudah janjian sama abahnya Nafisah (Nafisah

Sahal binti Fattah Hasyim, ed.) tidak ikut menyoblos). Kemudian Mbah Bisri

ndawuhi lbu, "Laa tho'oata limakhluqin fi ma'shiyatil kholiq" (Tidak ada ketaatan

bagi makhluk Allah dalam masalah maksiat kepada Allah).

Ini menunjukkan, menurut Mbah Bisri waktu itu, mendukung PPP adalah

"fardlu ain'". Menurut Kiai Fattah "tidak wajib". Namun demi keutuhan NU, hal

tersebut tidak beliau tampakkan di masyarakat. Wallohu a'lam.]





Rantai web


Ditulis KH. Nashir Fattah dari narasumber Kiai Moh. Faiq Hasyim Kediri, Kiai Masruri Bumiayu,
Kiai Afandi Indramayu, Kiai Noer Kholis Probolinggo, Kiai Fathul Huda Tuban, Kiai Salim Asyhar paciran.






Post a Comment for "Wejangan Kh Abdul Fattah Untuk Santri"